Slider

Post-Title 1

Description / Caption 1

Post-Title 2

Description / Caption 2

Breaking News

Saturday, July 20, 2019

International Champions Cup 2019

It has been established that star striker Gonzalo Higuain will be a part of the Juventus squad that will lock horns with Tottenham Hotspur in the International Champions Cup on Sunday. 

The match will be held at the Singapore National Stadium in Singapore on 21st July and kick-off is expected to take place at 7:30 pm local time (5:00 pm IST).

Meanwhile, it is former Real Madrid and Napoli striker Gonzalo Higuain that makes most of the headlines as manager Maurizio Sarri has chosen to make him a part of the squad that will face the 2018-19 Champions League finalists on Sunday.
The full squad is as follows:

Sunday, July 7, 2019

Fino Alla Fine untuk Pendukung Juventus Bergema di Dunia Maya. (Yudie Thirzano)

TRIBUNNEWS.COM - Sesaat menjelang kick off final Liga Champions Eropa, Minggu (7/6/2015) dini hari WIB antara Juventus melawan Barcelona, ketegangan meningkat di dalam dan luar stadion.
Akun twitter resmi Juventus terus mengabarkan perkembangan terkini hingga beberapa menit menjelang peluit tanda pertandingan dimulai.
Di antara kicauan tentang susunan pemain hingga suasana terakhir di sekitar Stadion Olimpiade Berlin, tempat laga final digelar.
Sejumlah foto juga diunggah menunjukkan suasana pendukung Juventus di Turin, Italia.
Salah satu frasa yang dimunculkan di antara para pendukung Juventus adalah "Fino Alla Fine".
Inilah frasa tenar di kalangan Juventus selain Forza Juve atau "Juve yang Kuat".
Dalam beberapa kicauan akun Juventus baik berbahasa Italia maupun Inggris, frasa ini disandingkan dengan tanda pagar menjadi #FinoAllaFine.
Dalam beberapa momen penting, Presiden Juventus Andrea Agnelli menutup pidatonya dengan kalimat Fino Alla Fine yang berarti Until The End dalam bahasa Inggris atau "Sampai Akhir".
Pada beberapa pemberitaan dikabarkan Agnelli menutup pidato pembukaan Stadion Juventus 8 September 2011 dengan frasa itu.
Beberapa tahun kemudian, Agnelli juga menggunakan kalimat itu dalam surat terbuka untuk fans Juventus.
Termasuk saat menulis surat untuk menyampaikan dukungan terhadap pelatih Massimiliano Allegri di Oktober 2014.
Bagi Juventus Fino Alla Fine, bukan sekedar slogan di dalam stadion.
Namun pada musim 2014/2015, Fino Alla Fine menjadi slogan yang melekat dalam arti sesungguhnya, yakni di seragam tima alias jersey Juventus.
Fino Alla Fine menjadi pilihan terbanyak fans Juventus menurut jejak pendapat sebelum penentuan slogan yang akan dipasangkan di seragam tim zebra.
Tentu saja bagi pendukung Juventus, apapun hasil pertandingan final Liga Champions 2015, bagi mereka Fino Alla Fine bermakna "Sampai Akhir" terus dukung Juventus...

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Fino Alla Fine untuk Pendukung Juventus Bergema di Dunia Maya, http://www.tribunnews.com/superball/2015/06/07/fino-alla-fine-untuk-pendukung-juventus-bergema-di-dunia-maya.
Penulis: Yudie Thirzano

Mental Juara Juventus Bukan Mitos (Ardy Nurhadi Shufi)

MY7H. Juventus merayakan gelar juara Serie A ketujuh beruntun mereka dengan slogan yang dibaca "MYTH". Mitos.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "mitos" punya arti: cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa tersebut, mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib.
Juventus membanggakan keberhasilan mereka sebagai hal yang hanya bisa diraih entitas tertentu. Mereka mengibaratkan diri sebagai sekelompok dewa atau pahlawan.
Mengibaratkan diri sebagai dewa sebenarnya agak berlebihan. Namun "MY7H" tidak menyoroti itu saja. Ada "mitos" lain yang bisa dibanggakan Juventus. Ada sesuatu dalam diri Juventus yang tidak dimiliki kesebelasan lain, yang menjadi dasar segala keberhasilan Si Nyonya Tua di masa lalu hingga masa kini; mental juara.
Mental juara tidak kasatmata. Mental juara juga tidak bisa didefinisikan begitu saja. Namun mental juara itu terasa bagi siapa saja yang (pernah) menjadi bagian dari Juventus. Mental juara itu pula yang sebenarnya ditularkan keluarga Agnelli, pemilik Juventus, secara turun-temurun—diwariskan kepada setiap pemain, pelatih, staf pelatih, bahkan suporter, di setiap musimnya. Mental juara yang seperti mitos itu nyata bagi Juventus.

"Fino Alla Fine" Bukan Sekadar Kata-kata (Septian Nugraha)

Semboyan ‘Fino alla fine’ begitu akrab dengan Juventus. Frasa tersebut acap kali dikumandangkan para Juventini kala La Vecchia Signora bertanding. Dalam Bahasa Indonesia, ‘Fino alla fine’ mengandung arti ‘Jangan pernah berhenti sampai akhir’. Maksudnya, terus bertarung di lapangan hingga pertandingan benar-benar usai.
Konon, ‘Fino alla fine’ merupakan jargon yang kerap kali digunakan Presiden Juventus, Andrea Agnelli, ketika menutup pidatonya di hadapan Juventini. Popularitas frasa tersebut kian menanjak setelah Agnelli menggunakannya sebagai penutup dalam pidato singkatnya dalam peresmian Stadion Juventus Arena (Allianz Stadium) pada September 2011 lalu.
Jelang bergulirnya musim 2014/15, sebuah gebrakan dilakukan manajemen Juventus. Kala itu, manajemen berencana mengubah frasa ‘La vittoria non e importante, ma e l`unica cosa che conta’ – yang diperkenalkan legenda Juventus, Giampiero Boniperto. Sebelumnya semboyan ini tersemat di bagian kerah jersey klub.
Dalam menentukan frasa baru yang akan dipilih, manajemen Juventus menggelar jajak pendapat dengan para suporter melalui media sosial. Awalnya ada lebih dari 6000 frasa yang kemudian terkurasi menjadi lima: ‘Fino alla fine’, ‘Bianco che abbraccia il nero’, ‘Writing history, chasing victory’, ‘We live our lives in color, but Dreams are Made in black&white’, dan ‘Storia di un grande amore’. Para penggemar diberi kebebasan untuk memilih satu dari lima frasa tersebut.
Sepekan setelah jajak pendapat dibuka, ‘Fino alla fine’ konsisten memimpin poling hingga berakhirnya jajak pendapat tersebut. Sesuai dengan hasil jajak pendapat yang dilakukan manajemen dan para penggemar, pada musim 2014/15, Juventus resmi menggunakan ‘Fino alla fine’ sebagai slogan yang tercantum di kerah jersey mereka.
Bagi Juventus dan para penggemarnya, ‘Fino alla fine’ bukan sekadar kata atau slogan pemberi semangat kala Bianconeri bertarung di lapangan hijau. Lebih dari pada itu, ungkapan tersebut mengandung makna yang menggambarkan karakter Juventus sebagai kesebelasan yang tak pernah mengenal kata menyerah. Terus bertarung, hingga akhir walau dalam kondisi sesulit apapun.
Penggambaran sempurna ‘Fino alla fine’ sebagai slogan yang mendarah daging sebagai karakter Juventus tampak dalam beberapa momentum perjalanan klub tertua ketiga di Italia itu. Paling terlihat, saat mereka tersandung kasus Calciopoli pada akhir musim 2005/06.
Akibat kasus tersebut, dua gelar juara yang diraih Juventus di musim 2004/05 dan 2005/06 diputihkan Federasi Sepakbola Italia (FIGC). Paling parah dari sanksi yang diterima Bianconeri adalah terdegradasi ke Serie B untuk kali pertama dalam sejarah perjalanan klub.
Setelahnya Juventus berada di titik terendah. Kondisi diperparah setelah mereka ditinggal banyak pemain bintangnya kala itu. Beruntung, sosok legendaris seperti Gianluigi Buffon, Alessandro Del Piero, David Trezeguet dan Pavel Nedved masih setia berseragam Juventus walau mentas di Serie B.
Semusim berselang, Juventus akhirnya kembali ke Serie A, setelah menjuarai Serie B musim 2006/07. Namun kembali ke Serie A tak otomatis menjadikan Juventus menjadi kesebelasan papan atas seperti sedia kala. Bahkan untuk berlaga di kompetisi Eropa pun sebuah tantangan yang terbilang sulit.
Tapi Juventus tak menyerah. Mereka terus berupaya mengonsolidasi kekuatan agar bisa kembali menancapkan dominasinya di kompetisi domestik maupun Eropa. Bongkar pasang skuat dan pergantian pelatih pada setiap musimnya dilakukan. Hingga pada akhir musim 2011/2012, Juventus kembali pada jalur kejayaan.
Sejak musim 2011/12 hingga 2016/17 Juventus kembali menancapkan dominasinya di kompetisi domestik. Dalam kurun waktu tersebut, enam scudetto diraih Juventus secara beruntun. Tapi dalam perjalanannya mencapai kejayaan tersebut beberapa kali Juventus menemui jalan terjal dalam perebutan gelar juara.
Misalnya pada musim 2015/16, mengawali musim tersebut dengan performa inkonsisten Juventus bahkan sempat terlempar ke posisi 12 pada pekan ke-10 Serie A. Saat itu, AS Roma dan Napoli bergantian menempati posisi puncak klasemen. Saat Roma dan Napoli mulai sempoyongan, Juventus terus melaju. Perlahan namun pasti, mereka merangkak ke papan atas. Dari pekan ke-26 hingga akhir musim, Juventus terus merajai puncak klasemen Serie A. Tapi itu justru membuktikan bahwa "Fino alla fine", tanpa disadari, telah menjadi karakter Juventus.